28.3 C
Jakarta
BerandaBertaAntara Beton dan Biru Laut: Menata Ulang Arah Masa Depan Batam

Antara Beton dan Biru Laut: Menata Ulang Arah Masa Depan Batam

Oleh: Chablullah Wibisono
WR I Universitas Batam | Waketum MUI Kepri | Ketua FKUB Kota Batam

Batam dibangun dengan cita-cita besar sebagai pusat pertumbuhan ekonomi nasional di kawasan perbatasan. Sejak awal, kota ini dirancang sebagai ruang industri, perdagangan, dan jasa yang terhubung langsung dengan denyut ekonomi global. Gedung-gedung tumbuh cepat, kawasan industri meluas, dan arus investasi terus mengalir. Namun di balik denyut pertumbuhan itu, muncul kegelisahan yang makin nyata: apakah Batam sedang dibangun sebagai kota kehidupan, atau sekadar sebagai kota produksi?

Dalam beberapa tahun terakhir, gejala tekanan lingkungan semakin sulit diabaikan. Banjir yang berulang, pencemaran laut, menyempitnya ruang terbuka hijau, hingga rusaknya kawasan resapan air menunjukkan bahwa keseimbangan antara pembangunan dan alam sedang berada pada titik rawan. Kota yang dahulu dirancang sebagai kota modern terencana, kini mulai menghadapi konsekuensi ekologis dari ekspansi yang terlalu cepat.

Air hujan yang seharusnya diserap tanah kini mengalir deras ke permukiman. Drainase tidak lagi bekerja optimal karena penyempitan dan sedimentasi. Bukit-bukit dipangkas, danau- danau ditimbun, dan kawasan hijau terdesak oleh bangunan. Alam seolah kehilangan ruang bernapas, sementara warga menjadi pihak pertama yang menanggung risikonya.

Banjir bukan lagi sekadar peristiwa musiman. Ia telah menjadi gangguan serius terhadap kehidupan sosial. Rumah terendam, aktivitas ekonomi terhenti, anak-anak terpaksa tidak bersekolah, dan mobilitas masyarakat terganggu. Kerugian tidak hanya bersifat material, tetapi juga menyentuh rasa aman dan keberlanjutan hidup warga kota.

Yang lebih mengkhawatirkan, persoalan ini tidak berdiri sendiri. Ia terhubung dengan cara kita memandang pembangunan. Selama ini, indikator keberhasilan sering kali diukur lewat besarnya investasi, luas kawasan industri, dan tingginya pertumbuhan ekonomi. Sementara daya dukung lingkungan, ketahanan sosial, serta keberlanjutan hidup masyarakat kerap ditempatkan sebagai variabel pelengkap.

Batam sejatinya bukan hanya kota industri. Ia adalah kota kepulauan dengan potensi maritim yang sangat besar. Laut bukan sekadar batas geografis, tetapi ruang hidup, ruang ekonomi, dan ruang budaya. Namun dalam praktiknya, laut masih sering dipahami sebagai wilayah sekunder tempat limbah dialirkan, reklamasi dilakukan, dan aktivitas industri diperluas—tanpa perhitungan ekologis yang memadai.

Akibatnya, masyarakat pesisir berada dalam posisi yang semakin terpinggirkan. Wilayah tangkap nelayan menyempit, kualitas perairan menurun, dan hasil tangkapan tidak lagi sebanding dengan biaya operasional. Di tengah gemerlap pertumbuhan kota, justru muncul kesenjangan baru antara pusat pertumbuhan dan pinggiran kehidupan.

Di titik inilah gagasan Blue Economy menemukan relevansinya yang paling penting. Blue Economy menawarkan cara pandang baru: bahwa laut harus menjadi pusat pembangunan masa depan, bukan korban ekspansi daratan. Ia menekankan pemanfaatan sumber daya kelautan secara berkelanjutan, efisien, dan adil—bukan sekadar dieksploitasi, tetapi dirawat sebagai sistem kehidupan.

Perikanan berkelanjutan, wisata bahari berbasis konservasi, industri pengolahan hasil laut bernilai tambah, hingga energi terbarukan kelautan adalah jalan yang dapat ditempuh tanpa harus mengorbankan ekosistem. Lebih dari sekadar strategi ekonomi, Blue Economy mengajarkan etika baru pembangunan: bahwa keuntungan tidak boleh ditebus dengan kehancuran.

Namun perubahan paradigma tidak akan terjadi tanpa keberanian kebijakan. Pemerintah daerah dituntut untuk tidak hanya menjadi fasilitator investasi, tetapi juga penjaga keseimbangan ekologis dan sosial. Penataan ruang harus ditegakkan secara konsisten, pengawasan industri diperketat, dan hukum lingkungan ditegakkan tanpa kompromi. Pelanggaran tidak boleh ditoleransi atas nama percepatan pertumbuhan.

Di sisi lain, masyarakat tidak boleh hanya ditempatkan sebagai penonton. Partisipasi warga dalam menjaga lingkungan, mengawasi pembangunan, serta menyuarakan kepentingan ruang hidupnya adalah fondasi utama kota yang sehat. Tanpa keterlibatan publik, pembangunan mudah kehilangan arah moral dan keberpihakannya.

Hari ini Batam sesungguhnya sedang menjalani sebuah ujian sejarah. Ia bisa terus melaju sebagai kota industri dengan risiko ekologis yang kian membesar. Atau ia bisa memilih jalan yang lebih matang: membangun dengan keseimbangan antara ekonomi, lingkungan, dan keadilan sosial.

Pilihan itulah yang akan menentukan apakah Batam di masa depan menjadi kota yang besar tetapi rapuh, atau kota yang tumbuh kuat karena berpijak pada kelestarian alam dan kemuliaan manusia.

Sebab sejatinya, kemajuan sebuah kota tidak diukur semata dari seberapa tinggi gedungnya dan seberapa besar investasinya, melainkan dari seberapa kuat ia menjaga lautnya, merawat alamnya, dan melindungi warganya sebagai pusat dari seluruh pembangunan.

( Ns )

Stay Connected
16,985FansSuka
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Must Read
Berita Terkait

MOHON DIBACA SEBELUM MENULIS BERITA

Berikut ini beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat menulis Berita :

- Perhatikan hukum:

Pastikan informasi yang Anda bagikan legal dan tidak mendukung ujaran kebencian, diskriminasi, kekerasan, atau aktivitas berbahaya lainnya.

 

- Hargai privasi:

Jangan bagikan informasi pribadi tentang orang lain tanpa persetujuan mereka. Ini termasuk nama, alamat, nomor telepon, dan detail sensitif lainnya.

 

- Pertimbangkan

dampaknya: Pikirkan tentang bagaimana kata-kata Anda dapat memengaruhi orang lain. Meskipun sesuatu secara teknis legal, itu mungkin menyakitkan atau menyinggung.

 

- Verifikasi informasi:

Sebelum membagikan informasi, terutama berita atau rumor, pastikan itu berasal dari sumber yang dapat dipercaya.

 

- Bertanggung jawab: Bertanggung jawablah atas informasi yang Anda bagikan. Bersiaplah untuk menjelaskan alasan Anda dan bertanggung jawab atas segala konsekuensi yang mungkin terjadi.

Ingat, membangun komunitas daring yang aman dan saling menghormati adalah tanggung jawab semua orang. Mari kita gunakan kebebasan berekspresi kita dengan bijak!