MEDIA ISTANA.COM,TASIKMALAYA | Sabtu (29/11) di Pondok Pesantren Suryalaya, Pagerageung, terasa menyejukkan. Di balik kesederhanaan bangunan madrasah yang berdiri sejak 1905 itu, berkumpul sekitar tiga puluhan orang. Mereka bukan hanya santri dan pengasuh pesantren, tetapi juga para perwira tinggi Kepolisian Daerah Jawa Barat, yang dipimpin langsung oleh Irjen Pol. Dr. Rudi Setiawan.
Kunjungan ini bukanlah rapat kamtibmas biasa di ruang ber-AC markas kepolisian. Ini adalah silaturahmi yang digelar di jantung sebuah tradisi. Kapolda Rudi Setiawan, dalam sambutannya, menyentuh inti dari kunjungan itu: “upaya mempererat hubungan.” Ia menyebut nama besar Suryalaya dan Abah Anom dengan penuh hormat, mengakui peran sentral pesantren ini dalam “melahirkan santri berkarakter dan berakhlakul karimah.”
Baca Juga : Rawan Laka, Polres Sumedang Perketat Pemeriksaan Kendaraan Berat Selama Operasi Zebra
Di hadapan pimpinan ponpes, KH. Akhmad Masykur Firdaus Arifin, dan keluarga besar Abah Anom—diwakili Hj. Umi Yoyoh—Rudi lebih lanjut menjabarkan visinya. Baginya, Jawa Barat membutuhkan pemimpin dan generasi muda berakhlak sebagai “benteng moral masyarakat.” Dan dalam visi itu, pesantren bukanlah objek, melainkan “mitra strategis” dalam menjaga keamanan dan ketertiban.
Dari Generasi ke Generasi
Menyambut kata-kata Kapolda, KH. Akhmad Masykur Firdaus Arifin membuka lembaran sejarah panjang Suryalaya. Pesantren yang kini menaungi sekitar 4.000 santri dari berbagai penjuru ini telah menjadi penjaga nilai selama 120 tahun. Ia memperkenalkan Generasi Muda Pontren Suryalaya (GMPS), sebuah organisasi yang menjadi wadah regenerasi, sekaligus menegaskan bahwa pendidikan di Suryalaya tidak hanya tentang ilmu formal, tetapi juga pembersihan jiwa melalui metode Inabah dan pembinaan akhlak.
Pertemuan dua dunia malam itu—dunia hukum dan dunia pesantren—diwakili oleh para tokoh kunci. Dari jajaran Polda Jabar, hadir para kapasitas intelektual seperti Kombes Pol. Dr. Fadly Samad (Karo SDM) dan Kombes Pol. Sukendar Eka Ristyan Putra (Dir Intelkam), bersama pimpinan kepolisian di tingkat residu. Dari Suryalaya, hadir seluruh struktur kepemimpinan, mulai dari Ketua GMPS, Rachman Kutub, hingga penasihat dan pewaris tradisi.
Lebih Dari Sekadar Seremonial
Pertemuan di Suryalaya malam itu adalah sebuah simbol. Simbol bahwa dalam menjaga ketertiban, hukum tidak bisa berjalan sendiri. Ia membutuhkan fondasi moral yang kokoh, yang selama ini ditanamkan oleh institusi-institusi seperti pesantren. Dalam diamnya malam Tasikmalaya, pesan itu bergema: benteng moral Jawa Barat masih berdiri kukuh, dan kini, aparat keamanan datang untuk memperkuat temboknya.