Mediaistana.com. Batam — Gelombang minat masyarakat untuk bergabung dengan PMB Batam Kota terus menguat. Jumlah anggota yang kini melampaui seratus orang menandai meningkatnya kepercayaan publik terhadap organisasi dakwah tersebut. Pertumbuhan ini disambut dengan syukur, tetapi juga diimbangi sikap kehati-hatian dari para pengurus dan anggota.
Sejumlah anggota menyoroti bahwa penambahan anggota baru berpotensi mengubah struktur jadwal dakwah yang telah tersusun rapi. Karena itu, muncul usulan agar proses rekrutmen dilakukan secara transparan dan adil, misalnya melalui seleksi atau audisi, serta melibatkan pihak independen sebagai penilai. Ada pula pandangan yang tegas menolak penerimaan lewat jalur titipan bila penambahan anggota belum benar-benar diperlukan.
Aturan mengenai jalur lobi menjadi bahasan tersendiri. Siapa pun yang ingin masuk melalui pendekatan personal diminta tetap mengikuti prosedur resmi yang ditetapkan. Mekanisme ini dianggap penting demi menjaga transparansi, mencegah ketidakpuasan, dan merawat suasana internal yang kondusif.
Namun sebagian anggota memiliki pandangan lebih terbuka. Penambahan pendakwah dianggap sebagai langkah baik karena dakwah adalah pekerjaan kolektif yang mulia. Selama tidak merusak kekompakan internal atau menimbulkan persepsi buruk di luar organisasi, membuka pintu keanggotaan masih dianggap relevan. Mereka menilai dakwah sebaiknya tidak digerakkan oleh segelintir orang saja, melainkan oleh barisan yang lebih luas.
Regenerasi dan Pemerataan Jadwal Menjadi Sorotan
Isu kaderisasi menjadi perhatian penting. Regenerasi dinilai krusial agar estafet dakwah tidak terhenti pada satu generasi. Meski begitu, ada suara yang mengingatkan agar pengurus baru tidak dibebani ekspektasi berlebihan sebelum resmi dilantik. Polemik ini justru menunjukkan tingginya kepedulian anggota terhadap keberlanjutan organisasi.
Sebagian anggota juga meminta agar pengurus fokus merapikan internal sebelum membuka rekrutmen baru. Beberapa anggota disebut belum memperoleh jadwal dakwah. Jika penerimaan tetap dibuka, maka pengurus harus siap memenuhi kebutuhan tambahan, termasuk soal insentif dan pendampingan.
Aspek keadilan turut menjadi perhatian. Ketika pendakwah dari luar wilayah justru mendapatkan jadwal lebih dahulu dibandingkan anggota lama yang berdomisili di Batam Kota, hal ini dipandang kurang proporsional. Karena itu, beberapa masukan menyarankan agar penerimaan mempertimbangkan domisili demi menjaga keadilan dan kemudahan koordinasi.
Namun tidak sedikit yang berargumen bahwa organisasi tetap harus membuka pintu selebar mungkin bagi warga Batam Kota. Semakin banyak anggota dinilai dapat memperkuat jaringan silaturahmi dan menghidupkan aktivitas dakwah di tingkat lokal.
Tantangan Keberlanjutan dan Ruang Terbuka bagi Pencari Ilmu
Di tengah diskusi, muncul pengingat bahwa status keanggotaan akan membawa konsekuensi. Ketika seseorang telah resmi masuk organisasi, berbagai tuntutan bisa muncul di kemudian hari—mulai dari jadwal, insentif, hingga permintaan bantuan sosial. Karena itu, bagi mereka yang ingin berdakwah tanpa keterikatan administratif, dipersilakan tetap berkontribusi secara independen tanpa harus menjadi anggota formal.
Pada sisi lain, PMB Batam Kota menegaskan bahwa ruang menimba ilmu terbuka untuk semua. Kajian dan halaqah dapat diikuti tanpa syarat keanggotaan. Usulan mengadakan kajian rutin bertema “Islam dan Peradaban Modern” untuk memperluas wawasan jamaah bahkan telah mendapat sambutan positif.
Diskusi panjang ini mencerminkan organisasi yang sedang menata arah dengan penuh pertimbangan. PMB Batam Kota berada pada titik keseimbangan antara semangat untuk membuka diri dengan kebutuhan menjaga ketertiban internal. Bahasan yang mengemuka menunjukkan bahwa dakwah bukan hanya soal gairah menyampaikan kebaikan, tetapi juga tentang kebijaksanaan, keadilan, dan tanggung jawab bersama dalam merawat kesinambungan organisasi.
( Nursalim )