Her Suherman Dewan Pertimbangan BP LASQI ( Lembaga seni Qasidah Indonesia ) Propinsi Jawa Barat
Bandung 6 Agustus 2025,Media Istana Akulturasi budaya Sunda dan Arab dalam memperkuat nilai-nilai ajaran Islam merupakan topik yang menarik untuk dibahas. Proses ini telah berlangsung selama berabad-abad, menghasilkan perpaduan yang unik antara tradisi lokal dan ajaran agama. Akulturasi ini tidak hanya memperkaya budaya Sunda, tetapi juga mempermudah penerimaan dan pemahaman Islam oleh masyarakat.
Sejarah Akulturasi
Masuknya Islam ke tanah Sunda diperkirakan terjadi pada abad ke-14, dibawa oleh para pedagang dan ulama dari Timur Tengah. Saat itu, masyarakat Sunda sudah memiliki sistem kepercayaan dan adat istiadat yang kuat. Untuk memudahkan penyebaran Islam, para penyiar agama tidak serta-merta menghapuskan budaya lokal, melainkan mengintegrasikannya dengan nilai-nilai Islam.
Pendekatan inkulturasi inilah yang menjadi kunci keberhasilan. Para ulama menggunakan media-media budaya yang sudah ada, seperti seni pertunjukan dan sastra, untuk menyampaikan ajaran Islam. Mereka juga mengadaptasi upacara adat dengan sentuhan Islami, sehingga masyarakat merasa familiar dan tidak merasa tercerabut dari akar budayanya.
Wujud Akulturasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Akulturasi budaya Sunda dan Arab dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain:
* Bahasa: Banyak kata serapan dari bahasa Arab yang digunakan dalam bahasa Sunda, terutama yang berkaitan dengan ajaran Islam. Contohnya, “shalat” menjadi “sholat”, “haji”, “zakat”, dan “akhirat”. Kata-kata ini tidak hanya digunakan dalam konteks keagamaan, tetapi juga sehari-hari.
* Seni dan Sastra: Kesenian tradisional Sunda, seperti tembang dan pupuh, sering kali digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan Islami. Contohnya, tembang-tembang yang berisi puji-pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW. Selain itu, ada juga kasidah dan marawis yang merupakan kesenian khas Arab yang diadaptasi dengan irama dan alat musik Sunda.
* Adat dan Tradisi: Beberapa upacara adat Sunda telah diakulturasikan dengan ajaran Islam. Contohnya, acara tujuh bulanan atau tingkeban yang semula merupakan tradisi pra-Islam, kini sering diisi dengan pengajian dan doa-doa Islami. Upacara khitanan juga merupakan perpaduan antara tradisi dan ajaran Islam yang sangat kuat.
* Arsitektur: Bangunan-bangunan bersejarah, terutama masjid, menunjukkan perpaduan arsitektur Sunda dan Arab. Masjid-masjid kuno di Jawa Barat sering memiliki atap bertingkat yang merupakan ciri khas arsitektur Sunda, namun di dalamnya terdapat kaligrafi dan ornamen-ornamen Arab.
Dampak Positif Akulturasi
Akulturasi ini memiliki dampak yang sangat positif dalam memperkuat nilai-nilai ajaran Islam. Dengan cara ini, Islam tidak hanya diterima, tetapi juga mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Sunda. Ajaran agama menjadi lebih mudah dipahami dan diamalkan karena diselaraskan dengan budaya lokal.
Pada akhirnya, perpaduan ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang fleksibel dan rahmatan lil’alamin (rahmat bagi seluruh alam). Islam dapat hidup berdampingan, bahkan bersinergi, dengan budaya-budaya lokal yang telah ada.