27.5 C
Jakarta
BerandaInfoMelawan "Takdir" di Lokus yang Sama, akibat tingginya debit air

Melawan “Takdir” di Lokus yang Sama, akibat tingginya debit air

Langit kelabu yang memayungi sebagian besar wilayah Indonesia, khususnya Jawa Tengah, belakangan ini bukan lagi sekadar penanda musim. Bagi ribuan warga yang bermukim di titik-titik rawan, derasnya curah hujan adalah alarm kecemasan.
Bencana—banjir dan tanah longsor—seolah menjadi tamu tak diundang yang terus mengetuk pintu di “lokus” yang sama.

Kita dipaksa mengelus dada, menyaksikan siklus tragis di mana bukan hanya kerugian materi yang hanyut terbawa arus, namun nyawa manusia turut melayang sia-sia.

Fenomena berulang di lokasi serupa ini bukanlah sekadar kebetulan alam, melainkan sebuah sinyalemen keras bagi Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan.
Ada urgensi mendesak untuk mengubah paradigma dari sekadar responsif menjadi preventif, agar dampak ini dapat diminimalisir secara signifikan.

Upaya memutus mata rantai bencana tidak bisa dilakukan secara parsial. Berdasarkan analisis situasi terkini, terdapat serangkaian langkah fundamental yang harus segera dieksekusi:
Langkah pertama yang paling esensial adalah pemetaan. Kita harus mengenali bencana dengan melakukan Identifikasi Risiko. Pemetaan ini bukan sekadar garis di atas peta, melainkan penentu tingkat kerentanan dan potensi bahaya di setiap jengkal tanah rawan.

Di era modern, keterlambatan informasi adalah fatalitas. Pemantauan dan Peringatan Dini mutlak ditingkatkan. Sistem deteksi pergerakan tanah atau kenaikan debit air harus terpasang dan berfungsi <span;>tuk memberi waktu emas bagi warga melakukan evakuasi.

Tak kalah krusial adalah Penguatan Infrastruktur. Bangunan, jalan, dan jembatan di zona merah harus diaudit dan diperkuat agar mampu berdiri tegak saat alam sedang tidak bersahabat.

Program Pendidikan dan Pelatihan tidak boleh lagi berakhir sebagai tumpukan dokumen usang di meja birokrasi. Simulasi evakuasi harus tertaman ditiap jiwa yang hidup di daerah rawan.

Di sisi lain, Pengelolaan Lingkungan harus digenjot secara masif. Reboisasi dan manajemen sampah bukan lagi himbauan moral, melainkan strategi pertahanan hidup untuk mengembalikan daya dukung alam.

Pemerintah perlu tegas dalam Perencanaan Tata Ruang, Evaluasi zona aman harus dilakukan secara ketat; melarang pembangunan di zona bahaya adalah bentuk perlindungan negara terhadap rakyatnya.

Semua pilar di atas hanya akan berdiri kokoh jika ada Kemitraan dan Koordinasi, Pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil harus melebur ego demi satu tujuan yaitu “keselamatan”.

​Indonesia sejatinya memiliki embrio ketangguhan yang patut dirawat. Program “Desa Tanjak” di Jawa Tengah, misalnya, telah menjadi bukti bagaimana kesadaran kolektif masyarakat dapat dibangun untuk menghadapi ancaman alam.
Demikian pula dengan program “Kampung Siaga Bencana” di Jawa Barat yang konsisten melatih warga melakukan evakuasi mandiri.
​Program-program ini adalah aset berharga yang perlu dijaga, diduplikasi, dan ditingkatkan kualitasnya. Bahkan, diperlukan terobosan baru—sebuah inovasi yang mampu menciptakan “imunitas sosial”—di mana masyarakat tetap tangguh dan berdaya meski debit air mengalami peningkatan signifikan.

​Bencana alam mungkin sulit diprediksi, namun risikonya dapat dikelola. Kerjasama lintas sektoral yang solid, didukung partisipasi aktif masyarakat, adalah kunci agar banjir dan longsor tidak lagi merusak harmonisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
​Sudah saatnya kita berhenti menyalahkan hujan, dan mulai memperbaiki payung perlindungan kita bersama (suliyo)

Stay Connected
16,985FansSuka
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Must Read
Berita Terkait

MOHON DIBACA SEBELUM MENULIS BERITA

Berikut ini beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat menulis Berita :

- Perhatikan hukum:

Pastikan informasi yang Anda bagikan legal dan tidak mendukung ujaran kebencian, diskriminasi, kekerasan, atau aktivitas berbahaya lainnya.

 

- Hargai privasi:

Jangan bagikan informasi pribadi tentang orang lain tanpa persetujuan mereka. Ini termasuk nama, alamat, nomor telepon, dan detail sensitif lainnya.

 

- Pertimbangkan

dampaknya: Pikirkan tentang bagaimana kata-kata Anda dapat memengaruhi orang lain. Meskipun sesuatu secara teknis legal, itu mungkin menyakitkan atau menyinggung.

 

- Verifikasi informasi:

Sebelum membagikan informasi, terutama berita atau rumor, pastikan itu berasal dari sumber yang dapat dipercaya.

 

- Bertanggung jawab: Bertanggung jawablah atas informasi yang Anda bagikan. Bersiaplah untuk menjelaskan alasan Anda dan bertanggung jawab atas segala konsekuensi yang mungkin terjadi.

Ingat, membangun komunitas daring yang aman dan saling menghormati adalah tanggung jawab semua orang. Mari kita gunakan kebebasan berekspresi kita dengan bijak!