Mediaistana.com | JAKARTA – Aroma bisnis ilegal kian menyengat di sejumlah wilayah Jakarta Utara. Penjual rokok ilegal di wilayah Koja hingga Cilincing mengaku hidup dalam tekanan bukan hanya karena risiko ditertibkan aparat, tetapi juga karena ulah oknum wartawan yang diduga menjadikan lapak mereka sebagai “ladang setoran”.
Di sebuah gang sempit daerah Koja, seorang pedagang yang meminta identitasnya dirahasiakan, menyuarakan keluhannya dengan nada getir.
“Kami ini cuma cari makan. Tapi tiap beberapa hari pasti ada yang datang mengaku wartawan, motret lapak kami, trus ancam mau naikin berita kalau nggak kasih uang rokok,” ujarnya dengan wajah gusar saat Indonesiaglobal melakukan investigasi di beberapa tempat wilayah Jakarta Utara, Rabu 19 November 2025.
Menurut para pedagang, modusnya hampir sama, oknum tersebut datang dengan kamera ponsel, bertingkah layaknya liputan serius, lalu mengisyaratkan ‘negosiasi’ agar foto dan informasi tidak dipublikasikan.
“Mereka bilang, Gimana ini beritanya? Mau kita tahan atau naik?’ Itu bahasa yang bikin kami tertekan,” ungkap pedagang lain di kawasan Cilincing.
Para pedagang menyebut jumlah permintaan uang bervariasi, mulai dari Rp20 ribu hingga lebih dari Rp100 ribu sekali datang. Yang membuat mereka semakin resah adalah intensitas kehadiran para oknum tersebut yang belakangan makin sering.
“Baru sehari yang lalu sudah datang lagi. Mereka tahu kami nggak mungkin nolak, karena kalau naik berita kami takut disikat aparat,” kata seorang wanita penjual rokok ecer.
*Terkepung dari Dua Arah*
Para pedagang menyebut situasi ini sebagai kondisi “serba salah”. Di satu sisi, mereka sadar bahwa menjual rokok ilegal melanggar aturan. Namun di sisi lain, mereka merasa menjadi sasaran empuk pemerasan.
Beberapa pedagang bahkan mengaku dagangannya menurun karena stres dan takut didokumentasikan secara sembunyi-sembunyi.
“Kami bukan menolak diberitakan, tapi jangan diperas begitu. Kalau mau liputan, liputan aja. Jangan minta uang,” kata seorang pedagang pria lainnya di Tanjung Priok.
(red/tim)