Mediaistana.com
INHU – Meski harga komoditas Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di kabupaten Indragiri hulu (Inhu) Riau cenderung merangkak naik, ternyata tak sepenuhnya dapat di rasakan para petani sawit di Inhu khususnya petani swadaya.
Pasalnya penjualan hasil perkebunan kesetiap pabrik kelapa sawit (PKS) tidak semudah membalikkan tangan tapi butuh birokrasi yang berbelit-belit dari pengelola pabrik.
Kondisi ini diperparah praktek monopoli pemasok TBS ke beberapa PKS yang hanya dipegang seorang Subplayer, Among.
Dugaan praktek monopoli Supplier TBS dibeberapa pabrik pengolahan sawit hanya dikendalikan seorang pemegang Delivery Order (DO), Among, warga Rengat dikecam pemerhati ekonomi, Rudiwalker Purba.
‘Monopoli DO ini adalah salah satu bentuk penjajahan ekonomi modern untuk memperkaya diri dan atau kelompoknya, harus diberantas karena bertolak belakang dengan tujuan mulia negara mensejahterakan rakyat khusnya petani,” tegas Rudi, Senin (13/10/25).
Sebagai ketua Lembaga komando garuda sakti Aliansi Indonesia (kgs.Ai)di Inhu, Rudi optimis akan melaporkan pelaku monopoli DO dan perusahaan yang menunjuk Supplier hanya kepada seorang Among cs. “Praktek monopoli ini akan saya laporkan ke Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, termasuk perusahaan yang mempatenkan pemasok buah sawit hanya kepada seorang Supplier kepada Among cs,” Rudi optimis.
“Jika perlu pemegang DO tunggal itu diperiksa wajib pajaknya, patut dicurigai ada praktek pengemplang pajak,” sambungnya.
Dalam praktek monopoli Supplier TBS, Rudi ‘mencium’ bisnis jual beli TBS dari Petani hingga ke Pabrik milik Among cs dibantu dua orang rekanan, inisial H dan Y. “Kalau pelakunya dilapangan inisial H dan Y, mereka ini yang mengatur harga TBS disetiap RAM hingga ke Pabrik atas nama empat perusahaan, yakni CV Marina Palma, CV Berkah Sawit Tani, CV Sawit Alam Permai dan CV Putra Inhu,” papar Rudi.
Ketua lembaga komando garuda sakti Aliansi Indonesia,
ini juga merinci hasil investigasi lapangan di kecamatan Batang Cenaku, salah satu DO ke PKS PT KAS atas nama CV. SAP namun jika petani menggunakan DO tersebut di beri tanda kode PTN yang keseluruhan direkturnya inisial H. Katanya.
Rudi juga berharap, kedepan tidak ada lagi yang namanya Supplier tunggal di Pabrik. “Silahkan bersaing sehat, jika perlu petani diberi kebebasan menjual langsung hasil perkebunannya ke Pabrik tanpa harus lewat Supplier sehingga kenaikan harga sawit itu dirasakan langsung setiap petani,” pinta Rudi. (Tim)