Mediaistana.com
BANYUWANGI-Rakus, atau dalam bahasa Arab disebut “al-Hirsh,” merupakan sifat tercela yang menggambarkan keinginan berlebihan terhadap harta benda, makanan, atau kesenangan duniawi.
Dalam Islam, rakus dianggap sebagai salah satu sifat buruk yang harus dihindari karena dapat merusak kehidupan individu dan masyarakat.
Secara etimologis, rakus berarti ketamakan dan keinginan yang berlebihan terhadap sesuatu. Dalam konteks Islam, rakus merupakan sikap yang tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki, selalu ingin lebih, dan mengabaikan kebutuhan orang lain.
Banyuwangi merupakan daerah yang memiliki segudang Sumber Daya Alam, seyogyanya titipan Tuhan yang melimpah ruah ini dapat dimanfaatkan untuk menyejahterakan rakyat, setidaknya itu akan terjadi jika berada ditangan pemimpin yang tepat.
Miris dan tragis melihat peristiwa dalam tahun-tahun terakhir ini, segala lini sektor kehidupan masyarakat berbanding terbalik dengan kehidupan pribadi keluarga Bupati Ipuk Fiestiandani Azwar Anas. Masing teringat jelas dalam benak kita, bagaimana Bangunan sekolah itu roboh, kehidupan buruh pabrik semakin sulit karena sistem pengupahan jauh di bawah UMR, skandal pupuk subsidi yang menggorok leher petani, lansia terlantar di rumahnya sendiri, emak-emak yang tersandera rentenir imbas perekonomian tak menentu, sementara sang Bupati dengan tanpa beban melancong ke jazirah arab untuk menunaikan ibadah haji bersama sang suami, ini apa-apaan ?
Padahal Pemkab Banyuwangi memiliki pendapatan dari dividen saham kegiatan pertambangan di gunung tumpang pitu, Pesanggaran. Banyuwangi tidak butuh pemimpin yang hanya kelihatan kerja, namun sejatinya kosong tanpa visi yang jelas. Sejujurnya, capaian-capaian dalam dekade terakhir yang berhasil di raih Pemkab Banyuwangi tak berimpact langsung pada masyarakat. Hanya berkutat pada angka dan seremonial belaka.
Jika hal seperti ini tetap berlangsung, maka apa yang akan hendak dilanjutkan dan dituntaskan ?